Ogan Ilir
– Tangis haru bercampur syukur pecah ketika Prisa (15), remaja asal Tanjung Raja yang sempat viral karena harus putus sekolah dan menumpang di rumah temannya, akhirnya bisa kembali merasakan bangku pendidikan. Pemerintah Kabupaten Ogan Ilir turun tangan, memastikan Prisa kembali bersekolah di SMP Negeri 1 Tanjung Raja.
Sebelumnya, Kamis (18/9/2025), Wakil Bupati Ogan Ilir H. Ardani bersama jajaran Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, dan Baznas mendatangi kediaman Rizal, warga sederhana yang dengan penuh kasih merawat Prisa layaknya anak kandung. Kedatangan itu membawa kabar bahagia: seluruh biaya pendidikan Prisa akan ditanggung penuh pemerintah, bahkan hingga jenjang SMA nanti.
“Prisa harus tetap bersekolah. Ia akan kembali belajar di kelas VIII SMP Negeri 1 Tanjung Raja, dan pemerintah menanggung semua biayanya. Selepas SMP, ia akan melanjutkan SMA di Sekolah Rakyat tanpa perlu memikirkan biaya,” tegas Ardani.
Air Mata Bahagia Seorang Ibu Angkat,
Ibu Daryana, istri Rizal yang merawat Prisa dengan hati, tak mampu menyembunyikan rasa syukurnya.
“Alhamdulillah… mungkin Prisa bukan anak kandung saya, tapi saya sudah menganggapnya anak sendiri. Saat saya mengantarkan dia ke sekolah, melihat dia diterima hangat oleh teman-teman barunya, hati saya penuh syukur dan bahagia. Doa dan cita-citanya untuk sekolah akhirnya terwujud,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
Ia pun berpesan penuh kasih kepada Prisa:
“Nak, sekolah yang rajin. Jangan nakal, patuhi guru, dan gapailah cita-citamu setinggi langit. Jadilah anak yang bermanfaat bagi bangsa dan orang tua kelak.”
Potret Buram Negeri Kaya Raya,
Hadirnya kepedulian pemerintah patut diapresiasi. Namun, kisah Prisa sekaligus menjadi tamparan keras bagi kita semua: di negeri yang katanya kaya raya, masih ada anak bangsa yang harus putus sekolah hanya karena himpitan ekonomi.
Bukankah pendidikan adalah hak setiap anak Indonesia yang dijamin undang-undang? Mengapa masih ada Prisa-Prisa lain yang harus menunggu sampai kisahnya viral dulu baru mendapat perhatian?
Di atas kertas, pemerintah menganggarkan triliunan rupiah untuk pendidikan, tapi kenyataan di lapangan berkata lain: masih banyak anak dari keluarga miskin yang tertinggal, terpaksa menunda mimpi, bahkan berhenti bersekolah.
Jangan Ada Lagi “Prisa” Berikutnya,
Kisah ini harus menjadi pengingat. Jangan sampai pendidikan anak negeri hanya bisa diperjuangkan lewat belas kasihan atau sorotan media. Pemerintah harus benar-benar hadir dari awal, memastikan tidak ada satu pun anak bangsa yang tercecer dari hak pendidikannya.
Hari ini, Prisa tersenyum kembali di bangku kelas VIII. Tapi esok, tugas kita bersama adalah memastikan tidak ada lagi air mata anak bangsa yang menetes karena terpaksa berhenti sekolah.
Dengan suara terbata-bata dan mata yang terus berkaca-kaca, Ibu Daryana — sosok ibu angkat yang merawat Prisa dengan penuh kasih — menyampaikan rasa terima kasihnya yang begitu dalam.
“Alhamdulillah ya Allah, saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak H. Ardani, Wakil Bupati Ogan Ilir, kepada Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, Baznas Ogan Ilir, juga kepada DPRD Kabupaten Ogan Ilir serta Kapolres Kabupaten Ogan Ilir serta jajarannya. Berkat kepedulian bapak dan ibu semua, hari ini anak ini bisa kembali sekolah. Anak ini memang bukan darah daging saya, tapi saya sudah menganggapnya anak sendiri. Dan kebahagiaan saya melihat dia duduk lagi di bangku sekolah… tidak bisa terbayar oleh apa pun.”
Suara Ibu Daryana bergetar, menahan tangis haru, sambil menggenggam tangan Prisa erat-erat.
“Semoga Allah membalas semua kebaikan bapak dan ibu yang sudah peduli kepada anak saya ini. Doa saya, semoga langkah mulia ini menjadi amal jariyah, dan menjadi berkah bagi Ogan Ilir kita tercinta. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin.”
Ucapan sederhana itu, lahir dari hati seorang ibu, menjadi saksi bahwa kepedulian kecil mampu menyalakan kembali api harapan seorang anak bangsa yang hampir padam. PPWI-OI