Anggun, 28 September 2025
- Waktu adalah arus yang tak bisa dibendung. Namun, ada kenangan yang tetap bertahan di hati, meski tahun-tahun telah berlalu. Dan salah satunya adalah kisah cinta sederhana yang lahir dari pertemuan di tengah kegiatan Pramuka.
Dahulu, engkau adalah adik kelasku di SMA. Kita sering berjumpa di latihan Pramuka. Dalam balutan seragam yang sama, pesonamu begitu nyata, manis, cantik, dan anggun. Dari setiap pertemuan, tumbuhlah benih kekaguman dalam diam. Rasa yang terus berkembang, tapi tak pernah terucap.
Hingga akhirnya, aku memberanikan diri. Lewat secarik kertas, kutumpahkan isi hati. Kalimat yang sederhana namun penuh harap:
“Semoga Tuhan yang di atas sana dapat memercikkan kasih sucinya di hatimu untuk kau persembahkan kepadaku.”
Aku menanti dengan jantung berdebar. Hari demi hari kulalui dengan harapan kecil, apakah cinta ini akan bersambut? Dan jawaban itu akhirnya datang, kau menerimaku.
Kita pun menjalin kisah yang indah. Waktu seolah tak cukup untuk mencintai. Bersamamu, hari-hari terasa hangat dan penuh warna. Namun, seperti cerita lainnya, hidup membawa kita ke jalan masing-masing.
Kini kita tak lagi bersama. Kau telah menempuh hidupmu sendiri, dan aku pun begitu. Tapi doaku tak pernah padam:
"Semoga kau sehat, bahagia, dan selalu dalam lindungan-Nya.
Engkau kini telah seperti adikku sendiri, bagian dari keluargaku. Walau cinta kita tak berujung pada kebersamaan, kenangan itu akan selalu hidup.
"Terima kasih, Adikku. Jangan pernah kita saling melupakan.
( Goresan Pena )